Archive for Oktober 24th, 2009

Pace Daftar Tentara (Mob Papua)

Pace Daftar Tentara

Pace Yaklep dia pengin sekali menjadi tentara, karena dianggap gagah dan perkasa. Ketika ada penerimaan, pace ko tra tunggu lama, langsung urus dokumen dan mendaftar. Semua tes administrasi dan tertulis Pace Yaklep lewati tanpa masalah.

Tetapi saat pengumuman Pace kaget bukan main, karena dia tra lolos.

Dengan hati kesal dan tra terima, Pace Yaklep ko tanya ke panitia, “pace kenapa saya tra lulus ka?”

Panitia jawab, “Ko pu hasil tes memang semua mantap, hanya dikesehatan ko kalah karena gigi ompong.”

Pace Yaklep marah dan bilang, “Pace sa mau tanya ulang ini, torang ini masuk tentara perang mau baku tembak kah baku gigi…”

Bupati ke Rumah Sakit Jiwa

Pace Yaklep masuk Rumah Sakit Jiwa de tanam besi. Terus tiap pagi dan sore de siram. Skali begini ada kunjungan dari bapak bupati ke RSJ, pas pace gila ko ada siram-siram besi yang de tanam.

Bapak bupati lewat terus de bilang : “Sah… subur ee…”

Pace Yaklep langsung de balik, baru de bilang : “Bapak bupati ko gila kah? ini besi… hahahahaheee… capcay deh…”

Lima Pemuda Papua Pemberani

Suatu hari Pace Yaklep ko dekati 4 orang anak muda yang sedang duduk-duduk pinggir jalan, dan meminta uang secara paksa.

Saat minta uang pace Yaklep angkat bicara dengan nada menggertak, “Siapa Berani Di Sini??”
Satu dari pemuda berdiri dan berkata, “Sa Berani!”

Yaklep menggertak sekali lagi, “Ayo! Siapa Lagi yang Berani??!”

Pemuda berikutnya berdiri dan berkata, “Sa Juga Berani!!”

Yaklep itu mulai gentar, tapi dia terus menggertak, “Siapa Lagi??!”
Dua pemuda berikutnya berdiri dan berkata, “Kami Berani, Kenapa!”

Yaklep pu nyali becek dan berkata, “Kalau Begitu Kitorang Lima Pemuda Pemberani!!”

Suara Babi Okh Okh

Pace Yaklep de jual babi, pas pace lewat di pos kamling. Pace Yaklep batriak “babi… babii!!!”.

dengar suara pace Yaklep, anak-anak muda dong ganggu pace Yaklep deng suara babi “…okh…okh.”

Pace Yaklep rasa tersinggung.
Pace Yaklep tanya : “Kalian ganggu sayakah??….okh-okh…..”

Bale jawab trada ganggu okh…okh… dorang bertengkar sampe bawa ke kantor Polisi.
Pace Yaklep kasih tau ke Polisi, Yaklep: “Dong ganggu saya…. okh…okh.”
Anak muda : “Kitong trada ganggu pace okh…okh”
Pace Polisi : “Tanya baru siapa duluan bilang okh…okh”

Bukti Cinta di Dada

Mantri pace Yaklep pacaran deng perem SMA… Pas hari Jumat siang pulang kerja tempo jadi, Pace Yaklep ko apel ka ini di perem pu rumah… Pas perem ada duduk potong sayur… dorang dua cerita rame e…

Yaklep : “Ade, ko tau di dunia nih kak cuma sayang ko saja…”
Perem : “Aeh, stop sudah…”
Yaklep: “Beh, ade… kaka tra tipu…”
Perem : “Iyo, ntar balik ke rumah sakit… ktemu suster satu bilang begitu juga..”
Yaklep : “Siooo… ade kak tra tipu…”
Perem : “Sa tra percaya…”
Yaklep: “Ade… klo ko tra percaya, ko blah kk pu dada sudah… ko liat… cuma ko pu nama saja yang ada di situ…”

Pas perem ko ada pegang pisau n mo iris bawang…. dan perem ko tekan pisau di bawang.

Yaklep : “Sungguh-sungguh sampe kena di papan iris ka ini…”
Perem : “Ah, kaka… betul ka?” (sambil kas tunjuk pisau)
Yaklep: “Ah, ade… lebih baik USG saja sudah… supaya ko liat ko pu nama yang kaka Pilox… epenkah…”

Pace Cabut Gigi (Mob Papua)

Pace Cabut Gigi

Pace Yaklep pi dokter gigi berobat di klinik. Pas dokter cabut de gigi Yaklep batariak keras-keras. Selesai diobati dan gigi Yaklep dicabut, baru pace tanya dokter…

Yaklep: “Berapa dok, biayanya..?”
Dokter: “Murah Rp.200 ribu saja…”
Yaklep: “Lho, pa dok biasanya kan cuma Rp.50 ribu..!”
Dokter: “Memang.. tapi gara-gara teriakkan pace Yaklep, 3 pasien saya yang lainnya kabur!”

Janji Kawin

Yako : “Yaklep, kapan ko mau kawin saya ka, sa su malu ini deng orang-orang, kita su lama baku bawa baru kita kawin bulan Oktober suda e…!!.
Yaklep : “Oh … belum bisa! Soalnya, bulan Oktober sa ada banyak urusan dikantor ”
Yako: “Kalo bagitu November suda…”
Yaklep : “Adoh… apalagi November sa mo ada pelantikan kenaikan pangkat”
Yako: “Oh kalo bagitu Desember suda e… supaya rame”
Yaklep: “Desember terlalu rame karna hari Natal, sabar suda… nanti January tahun depan suda bisa to”
Yako: “Oh… jangan January bahaya… bulan itu ko sudah geger otak…”
Yaklep: “ko tau dari mana… ko macam tukang ramal saja…?”
Yako: ” saya memang bukan tukang ramal … tetapi kalau suda bulan Januari, ko pu kepala su pica sa pukul dengan botol…”

Tra Masuk Sekolah

Yaklep, semakin hari semakin nakal saja di sekolah, pada hal dia su kelas 3 SMP mau ke SMU, tapi dia pung malas saja minta ampun. Satu kali Yaklep tra pi sekolah, dan esok harinya ibu guru marah dan tanya:

Ibu Guru : ” Yaklep, kenapa kemarin ko tra masuk sekolah…?”
Yaklep dengan enteng diajawab : “Sa sakit Ibu…!”
Ibu Guru : “Ko ini, baru kenapa ko tra kirim surat?”
Yaklep: “Percuma saja ! nanti ibu juga tra mungkin balas mo….?????”

Pacar Isi Ulang

Pace Yaklep de pu anak pacaran. Rada rasa mau-malu anak Pace Yaklep tanya pacarnya, “Ade ko su berapa kali pacaran kah.”

Si cewek de pu senyum jawab : “Say… ko tra rugi pacaran deng aku. Pacaran saja baru skali mo. Satu kali perdana, lainnya hanya isi ulang terus… tau!”

Mesin Pesawat Rusak

Pace Yaklep dan pace Kon dong dua dalam pesawat, pas su terbang, pilot sampaikan 1 dari 4 pu mesin pesawat rusak diharap penumpang tenang.

Tra lama kemudian, pilot umumkan ke-2 kali, mesin ke-2 rusak tetap tenang.

Baru setengah jam kemudian pilot umumkan. Kali ini mesin ke-3 rusak. Pilot pu permintaan penumpang tetap tenang karena hanya terlambat 1 jam.

Pace Yaklep su keringat dan slalu berdoa didalam pesawat. Karena su jengkel Pace Yaklep mengumpat, “Pesawat sialan. Klo mesin keempat mati, bisa semalaman kita di atas sini terbang.”

Kebijaksanaan dari Toko Sepatu (Humor)

Kebijaksanaan dari Toko Sepatu

Nasrudin diundang menghadiri sebuah pesta perkawinan. Sebelumnya, di rumah orang yang mengundang itu, ia pernah kehilangan sendal. Karenanya sekarang ia tidak lagi meninggalkan sepatunya di dekat pintu masuk, tapi menyimpannya di balik jubahnya.

“Buku apa itu di dalam sakumu?” tanya tuan rumah kepada Nasrudin.

“Ha, mungkin dia sedaang mencari-cari sepatuku,” pikir Nasrudin, “untung aku dikenal sebagai kutu buku.”

Maka dengan sekeras-kerasnya ia berkata: “Tonjolan yang engkau lihat ini adalah Kebijaksanaan.”

“Menarik sekali! Dari toko buku mana engkau dapatkan itu?”

“Yang jelas aku mendapatkannya dari toko sepatu!”

Bersembunyi Dari Pencuri

Suatu malam seorang pencuri membobol rumah Nasruddin. Untung saja Nasruddin melihatnya. Karena takut, dengan cepat Nasruddin bersembunyi di dalam sebuah kotak besar yang terletak di sudut ruangan.

Si pencuri sedang mengaduk-aduk isi rumah Nasruddin mencari uang ataupun barang berharga yang dimiliki Nasruddin. Dia membuka lemari, laci-laci, kolong-kolong, dan lain-lain. la tapi tidak menemukan satu pun barang berharga.

Pencuri itu hampir saja menyerah dan memutuskan untuk keluar dari rumah Nasruddin. Tapi tiba-tiba matanya tertuju pada kotak besar yang terletak di sudut ruangan kamar Nasruddin. Dia sangat senang karena dia yakin dalam kotak itulah disimpan harta benda yang dia cari.

Walaupun kotak itu terkunci kuat dari dalam, tapi dengan kekuatan penuh, pencuri itu berhasil membuka kotak tersebut. Pencuri itu sangat kaget ketika melihat Nasruddin berada di dalam kotak itu. Pencuri itu sangat marah dan berkata, “Hei! Apa yang kau lakukan di dalam situ?”

“Aku bersembunyi darimu,” jawab Nasruddin.

“Kenapa?”

“Aku malu, karena aku tak punya apapun yang dapat kuberikan padamu. Itulah alasan mengapa aku bersembunyi dalam kotak ini.”

Ujian Menebak Isi Tangan

“Menurut pandangan umum, para Sufi itu gila,” gumam Nasrudin. “Menurut para orang bijak, mereka benar-benar penguasa dunia. Aku akan mengeceknya, supaya aku sendiri bisa yakin mana yang benar.”

Kemudian ia melihat seseorang yang tinggi besar, mengenakan jubah seperti seorang Sufi Akldan.

“Sahabat,” kata Nasrudin, “aku ingin membuat sebuah percobaan untuk menguji kekuatan jiwamu, dan juga kesehatan rohaniku.”

“Boleh. Silakan mulai,” kata sang Akldan.

Nasrudin membuat gerakan menyapu dengan tangannya, kemudian mengepalkan kedua tangannya. “Sekarang, apa yang ada ditanganku?”

“Seekor kuda, kereta dan sais,” ujar sang Alsldan cepat.

“Itu sih bukan test,” ujar Nasrudin marah, “Habis kamu sih tadi melihat aku mengambilnya.”

Perlakuan Sama Tapi Hasil Berbeda

“Segala sesuatu yang ada harus dibagi sama rata,” ujar seorang filsuf di hadapan sekelompok orang di warung kopi.

“Aku tak yakin, itu akan terjadi,” ujar seseorang yang selalu ragu.

“Tapi, pernahkah engkau memberi kesempatan?” menimpali sang filsuf.

“Aku pernah!” teriak Nasrudin. “Aku beri istriku dan keledaiku perlakuan yang sama. Mereka memperoleh apa yang betul-betul mereka inginkan.”

“Bagus sekali!” kata sang filsuf. “Sekarang katakan bagaimana hasilnya.”

“Hasilnya adalah seekor keledai yang baik, dan istri yang buruk.”

Anak Kecil yang Kurang Ajar

Nasrudin biasa duduk-duduk di teras sebuah warung kopi. Suatu hari, seorang anak kecil laki-laki berlari di hadapannya sambil memukul kepala Nasrudin sehingga sorbannya melayang. Tapi sang Mullah tidak bereaksi apa-apa. Hal yang sama terjadi terus selama beberapa hari. Yang selalu dilakukan sang Mullah adalah mengambil sorbannya yang terjatuh dan mengenakannya kembali.

Seseorang bertanya kepada Nasrudin mengapa ia tidak menangkap dan menghukum anak kecil itu, atau meminta orang lain untuk melakukanya.

“Itu bukan cara yang tepat,” kata Nasrudin.

Suatu hari Nasrudin, terlambat datang ke warung kopi. Ketika sampai di sana, dilihatnya seorang serdadu dengan wajah yang seram sedang duduk di tempat yang biasanya ia duduki. Tiba-tiba anak kecil laki-laki itu muncul. Seperti biasanya, ia menonjok sorban orang yang duduk di tempat itu. Tanpa berkata apa-apa, sang serdadu menghunus pedangnya dan kemudian memenggal leher anak itu.

“Ah, dia kan hanya anak kecil…!” gumam Nasrudin dengan penuh sesal.

Menggunakan Dua Alternatif

Seorang teolog sakit. Ia mendengar bahwa Nasrudin itu searang mistikus. Dan dalam keadaannya yang setengah sadar, ia merasa ada sesuatu di dalam dirinya.

Akhirnya ia dikirim kepada Nasrudin.

“Buatkan do’a yang bisa membuatku memasuki dunia lain, Mullah,” katanya. “Bukankah engkau terkenai pandai dalam berhubungan dengan dimensi lain.”

“Dengan senang hati,” kata Nasrudin. “Tuhan tolonglah aku. Setan, tolonglah aku!”

Lupa dengan rasa sakitnya, orang suci ini bangkit karena rasa tersinggung yang luar biasa. “Mullah, engkau pasti sudah gila.”

“Tidak sepenuhnya, sahabatku. Seseorang yang berada dalam kondisi seperti engkau ini, tidak akan mampu menangkap kesempatan. Jika ia melihat dua alternatif, ia mencoba membuktikan yang mana yang berhasil!”